Dok. FIFA
Presiden
FIFA, Sepp Blatter (kiri), Wakil Pangeran Ali Bin Al-Hussein saat
menjabat Presiden Asosiasi Sepak Bola Yordania (JFA), dan Mohamed Bin
Hammam kala masih menduduki posisi Presiden AFC.
DOHA, KOMPAS.com -
Wakil Presiden FIFA, Pangeran Ali bin Ali Al Hussein mengusulkan Piala
Dunia Qatar 2022 dihelat saat musim dingin berlangsung di Eropa.
Pangeran Yordania itu punya alasannya.
"Akan lebih baik memainkan turnamen itu ketika musim dingin. Tapi, semuanya terserah tuan rumah," ucap Al Hussein kepada koran Jerman, Tagesspiegel, Kamis (16/8/2012).
Ia beralasan, hal itu untuk menghindari cuaca panas ekstrem di kawasan Timur Tengah, yang biasanya terjadi pada Juni hingga Agustus.
Namun, perubahan itu akan serta-merta mengubah jadwal liga yang berlangsung di "Benua Biru", seperti di Inggris, Spanyol hingga Liga Champions.
Tapi, perubahan jadwal kompetisi Eropa itu, menurut Al Hussein, secara total. Toh, masih ada jeda paruh kompetisi saat musim dingin mencapai puncaknya.
Contohnya, Jerman yang reguler meliburkan kompetisinya selama lima pekan, sementara puncak musim dingin di belahan dunia biasanya berlangsung sebulan alias empat minggu. Jadi, masih dari Al Hussein, wacana Piala Dunia Qatar digelar antara Desember hingga Januari bukan sebuah hal yang tak mungkin.
Namun, problem besar akan jadi milik Inggris. Maklum saja, Premier League secara prinsip tak memiliki jeda paruh musim. Sementara Spanyol hanya meliburkan Liga BBVA selama dua pekan.
Bagaimanapun, pemilihan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia sepuluh tahun lagi pada awalnya sudah menimbulkan kontroversi, menilik dari tradisi sepak bola, kebutuhan infrastruktur, dan terutama cuaca yang dinilai tak cocok dengan olahraga.
Temperatur di Doha, ibukota Qatar, pada Januari berkisar dari 12-21 derajat Celcius. Sementara dalam rentang Juli sampai Agustus dapat melejit dari 41-51 derajat Celcius.
"Akan lebih baik memainkan turnamen itu ketika musim dingin. Tapi, semuanya terserah tuan rumah," ucap Al Hussein kepada koran Jerman, Tagesspiegel, Kamis (16/8/2012).
Ia beralasan, hal itu untuk menghindari cuaca panas ekstrem di kawasan Timur Tengah, yang biasanya terjadi pada Juni hingga Agustus.
Namun, perubahan itu akan serta-merta mengubah jadwal liga yang berlangsung di "Benua Biru", seperti di Inggris, Spanyol hingga Liga Champions.
Tapi, perubahan jadwal kompetisi Eropa itu, menurut Al Hussein, secara total. Toh, masih ada jeda paruh kompetisi saat musim dingin mencapai puncaknya.
Contohnya, Jerman yang reguler meliburkan kompetisinya selama lima pekan, sementara puncak musim dingin di belahan dunia biasanya berlangsung sebulan alias empat minggu. Jadi, masih dari Al Hussein, wacana Piala Dunia Qatar digelar antara Desember hingga Januari bukan sebuah hal yang tak mungkin.
Namun, problem besar akan jadi milik Inggris. Maklum saja, Premier League secara prinsip tak memiliki jeda paruh musim. Sementara Spanyol hanya meliburkan Liga BBVA selama dua pekan.
Bagaimanapun, pemilihan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia sepuluh tahun lagi pada awalnya sudah menimbulkan kontroversi, menilik dari tradisi sepak bola, kebutuhan infrastruktur, dan terutama cuaca yang dinilai tak cocok dengan olahraga.
Temperatur di Doha, ibukota Qatar, pada Januari berkisar dari 12-21 derajat Celcius. Sementara dalam rentang Juli sampai Agustus dapat melejit dari 41-51 derajat Celcius.
Wow... .
0 comments:
Post a Comment